SUMBERNEWS, BUNGO – Mendekati pemilihan kepala daerah (Pilkada) tahun 2024, di Kabupaten Bungo muncul spanduk maupun baleho yang menampilkan profil individu bakal calon (balon) Bupati dan Wakil Bupati Bungo.
Foto-foto yang terpampang di sudut jalan berasal dari berbagai latar belakang. Sebut saja Jumiwan Aguza, saat ini menjabat Wakil Ketua DPRD Bungo. Dedy Putra, mantan Ketua DPRD Bungo, dan ada nama baru seperti H Abdurrahman Yusyari (HAY) seorang pengusaha dan Alparobi selaku Dewan Penasehat DPC Partai Gerindra Kabupaten Bungo.
Selain itu ada H Safrudin Dwi Apriyanto (Apri) yang saat ini menjabat Wakil Bupati Bungo, dan Maidani seorang purnawirawan kepolisian berpangkat Brigpol.
Terkait banyaknya alat sosialisasi berupa spanduk dan baleho yang beredar, ditanggapi pengamat politik dari Universitas Muara Bungo (UMB), Joko Setyoko, S.IP.,M.IP.
Menurut Joko, munculnya banyak spanduk dan baleho yang menampilkan profil individu adalah hal yang biasa setiap momentum pilkada. Sebab mereka (balon) ingin melihat bagaimana respon masyarakat.
“baru sebatas mengetes respon masyarakat dan parpol, mereka ingin melihat bagaimana respon masyarakat dengan perkenalan masing-masing bakal calon tadi,” ujarnya.
Dosen Ilmu Pemerintahan Fisipol UMB itu mengaku kenal dengan nama-nama yang terpampang di spanduk maupun baleho. Mereka tak hanya berasal dari politisi, tetapi ada juga dari non kader parpol.
“bagi non kader parpol, itu juga upaya menarik parpol agar mereka dilirik untuk di usung pada pilkada bungo 2024, tentu parpol memiliki mekanisme sendiri untuk menentukan siapa yang akan diusung pada pilkada 2024,” jelasnya.
Ditanya soal seperti apa kriteria balon yang akan diusung parpol, menurut Joko parpol akan melakukan survey terlebih dahulu untuk mengukur elektabilitas bakal calon yang akan diusung.
“Idealnya melalui survey, karena dengan metode ilmiah ini, akan diketahui sosok yang memiliki popularitas dan elektabilitas untuk diusung pada pilkada 2024,” sebutnya.
Namun ia mengungkapkan parpol terkadang cenderung mengesampingkan metode itu (survey), kadang parpol hanya mengusung sosok yang dianggap memiliki kekuatan finansial.
“Dalam pilkada secara langsung, finansial emang sangat krusial sekali, tapi tanpa popularitas dan elektabilitas yang tinggi, tidak akan berpengaruh dalam mendukung kemenangan sosok tadi,” tukasnya. (red)