SUMBERNEWS, SAROLANGUN – Dalam suasana khidmat dan penuh kearifan lokal, Bupati Sarolangun H. Hurmin, SE dan Wakil Bupati Gerry Trisatwika, SE diantar secara adat menuju rumah dinas masing-masing, Sabtu (12/4).
Prosesi “Naik Rumah Nan Gedang” dimulai dari Masjid Agung Al-Falah, diiringi arak-arakan warga dengan busana adat Melayu Jambi. Tarian penyambutan, seloko adat, serta iringan rebana dan gong mengiringi langkah pemimpin baru Sarolangun ke tempat tugasnya.
Prosesi adat dimulai dari pelataran Masjid Agung Al-Falah. Arak-arakan berjalan perlahan sejauh 300 meter menuju Rumah Dinas Bupati. Warga mengenakan busana adat Melayu Jambi, dengan kain songket yang berkilauan di bawah cahaya matahari pagi. Di barisan depan, kesenian tradisional menggema gong berbunyi, rebana berdetak seolah-olah bumi pun ikut menyambut langkah para pemimpin.
Setibanya di halaman rumah dinas, tarian penyambutan menanti. Gerakannya lembut, penuh kesopanan dan makna. Seloko adat dilantunkan untaian petuah dan doa menyatu dalam satu tujuan: menyambut pemimpin dengan restu leluhur dan berkah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sebuah kalimat adat yang sarat makna—doa yang tak hanya untuk hari ini, tapi menjadi peneguh niat untuk tahun-tahun ke depan. Doa untuk pemimpin yang adil, dan rumah yang menjadi tempat lahirnya kebijakan bijaksana.
Bupati Sarolangun, H. Hurmin, SE, dan Wakil Bupati, Gerry Trisatwika, SE, berdiri berdampingan bersama istri masing-masing. Senyum mereka menyatu dalam haru. Di belakang mereka, tampak tokoh adat, para pejabat, dan masyarakat dari berbagai lapisan turut menyaksikan momen sakral ini.
Hadir pula anggota DPR RI, Drs. H. Cek Endra, yang juga bergelar adat Datuk Temenggung Setio Rajo. Gubernur Jambi, Al Haris, diwakili oleh Staf Ahli, Tema Wisma. Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Jambi, Hasan Basri Agus, juga turut diwakili pengurus.
Ketua LAM Sarolangun, Helmi, SH, MH, menyampaikan sambutannya dari podium adat.
“Dengan hati yang suci dan muko yang jernih,” ucapnya, “kami antar pemimpin kami ke rumah nan gedang. Semoga berkah dan keadilan mewarnai setiap langkah di rumah ini.”
Bupati Hurmin membalas dengan seloko dan pantun adat. Suaranya tenang dan tegas. Ia tidak berbicara sebagai pejabat, melainkan sebagai anak negeri yang menerima amanah rakyat.
“Terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah memberi kepercayaan. Kami tidak akan melupakan adat ini. Nilai-nilai budaya akan kami jadikan pedoman dalam setiap kebijakan,” ujarnya.
Dalam visi dan misinya, Bupati Hurmin memang menempatkan adat sebagai bagian penting dalam pembangunan. Ia ingin lembaga adat tak hanya hadir di upacara, namun juga berperan aktif dalam dialog, menyelesaikan konflik, dan menjadi bagian dari solusi sosial.
“Kami tidak bisa membangun Sarolangun sendirian,” katanya. “Kami butuh LAM, butuh semua elemen masyarakat.”
Usai prosesi dan sesi foto bersama, rombongan melanjutkan perjalanan ke rumah dinas Wakil Bupati. Di sana, prosesi serupa digelar bagi Gerry Trisatwika dan istrinya. Doa kembali dipanjatkan di depan rumah yang baru akan mereka tempati.
“Alhamdulillah,” ujar Gerry. “Kami resmi menempati rumah dinas. Sudah diantar oleh adat, disaksikan oleh masyarakat. Ini bukan hanya tempat tinggal. Ini rumah tanggung jawab.”
Acara ditutup dengan ramah tamah. Gelak tawa anak-anak, sapa hangat antarwarga, dan deretan foto bersama menjadi penanda akhir acara. Namun bagi banyak orang, hari itu bukan sekadar penyambutan. Ia adalah peristiwa budaya—simbol pengukuhan kepercayaan rakyat kepada pemimpinnya. Dengan adat sebagai bingkai, dan kebersamaan sebagai isi. (*)